Daftarkan Segera Diri Anda

Daftarkan Segera Diri Anda

Minggu, 20 September 2015

Sengsara Yang Membuatku nikmat

Agen Poker Terpercaya


Sengsara Yang Membuatku nikmat
Sengsara Yang Membuatku nikmat
Sengsara Yang Membuatku nikmat - Akhir-akhir ini banyak ditentang kekerasan dalam keluarga, khususnya tindak kekerasan suami terhadap isterinya. Akupun sebagai wanita semula juga setuju dengan penentangan itu. Tapi pengalaman yang kujalani memberikan pandangan lain, aku dapat menerima bahkan sangat menikmati kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadapku.

Aku mau membagi pengalamanku ini berdasarkan kenyataan di lapangan, kalau banyak wanita mengalami kekerasan dari suaminya dan mereka mengadakan penentangan tersebut, baik penentangan itu berupa tindakan untuk minta cerai maupun penentangan itu dilakukan secara psikologis saja, karena dia tak berdaya. Penentangan, khususnya penentangan secara psikologis itu malah membuat si wanita menderita tanpa bisa berbuat apa-apa. Pengalamanku ini perlu kubagi, pertama karena ternyata di balik rasa sakit yang tidak terperikan itu, ada rasa nikmat yang jauh lebih nikmat daripada cuma melayani suami secara “normal”. Kedua, ternyata banyak juga pasangan suami isteri yang mengalami masalah kelainan ini, baik si isteri maupun si suami tetapi karena tak memahami permasalahannya, mereka ambil jalan pintas untuk cerai.

Ceritaku ini kuawali dengan pertanyaan yang kutujukan pada anda, khususnya pada sesama wanita. Pernahkah anda menginginkan setiap saat anda menangis menjerit-jerit kesakitan sambil meronta-ronta berkelojotan dgn tubuh berlumuran darah penuh luka? Sama dgn anda, akupun tak pernah menginginkan, bahkan memikirkan saja tak pernah. Tetapi nasib membuatku setiap saat membiarkan tubuhku disiksa sampai aku hrs menjerit melolong-lolong kesakitan. Tetapi akhirnya aku dapat menerima hal itu, bahkan sekarang aku bisa menikmatinya, sekarang justru aku yg memintanya bila Ifan tidak menyiksaku.

Aku benar-benar menjadi ketagihan untuk mengalami siksaan yang mendatangkan rasa sakit yang tidak terperikan, karena ternyata di balik rasa sakit yang amat sangat, bila sampai ke tahap tertentu ketahanan kita, justru akan kita rasakan kenikmatan yang jauh lebih hebat daripada kalau kita melakukannya dengan normal. Juga bagi suami akan mendatangkan rasa nikmat yang jauh lebih hebat pada saat badan si istri mengejang keras menahan rasa sakit yang hebat, karena pada saat itulah vagina si isteri akan menjepit kuat-kuat kemaluan si suami dan tentu saja ini mendatangkan rasa nikmat yang sangat luar biasa untuk suami.

Ketika aku berpacaran dgn Ifan, akupun tidak pernah membayangkan akan mengalami nasib seperti itu. Ifan penuh perhatian, sangat menyayangiku dan selalu memanjakanku. Dia juga punya masa depan yg pasti sebagai pengusaha muda yg sukses. Dia benar-benar pria idola gadis-gadis, dia sangat sempurna tiada cacat sedikitpun, dia amat gagah dan tampan. Akupun harus bersaing ketat dengan gadis yg lain utk mendapatkannya, karena itu aku sangat bahagia bisa bersanding di pelaminan dengannya.
Aku gemetar ketika harus tidur berdua dgn Ifan seusai pesta pernikahan di di malam pertama, bagiku malam itu pertama kali aku tidur di samping pria. Tubuhku menggigil dan keringat membanjiri tubuhku ketika tangan Ifan mulai menyelinap di balik gaun tidurku dan dengan lembut meremas susuku. Mau aku mencegah tangan itu meneruskan meremas-remas daging lembut di dadaku, tetapi aku sadar kalau aku sekarang adalah isterinya. Aku pasrah saja ketika tangannya mulai membuka baju tidurku dan dengan pelan melepas satu persatu pakaianku sampai aku tergolek telanjang bulat di sisinya. Sebenarnya aku malu sekali dia melihat tubuhku yg telanjang, tetapi aku menyadari kalau Ifan sekarang adalah suamiku, karena itu kubiarkan saja ketika bibirnya mulai mengulum puting susuku. Tubuhku bagaikan kena aliran listrik, panas dingin nggak karuan ketika lidahnya mulai menari-nari di susuku, menyebabkan rasa nikmat yg belum pernah kurasakan, apalagi ketika kemudian tangan Ifan mulai membelai-belai dan mengelus-elus kemaluanku dengan tetap mulutnya mengulum kedua susuku bergantian. Gairah mulai menggelora dalam badanku dan aku secara mulai menyambut cumbuan Ifan. Tidak ada lagi rasa malu, gejolak dlm diriku membuatku lupa segalanya, kupagut dan kupeluk tubuh Ifan dengan gemas dan liar, dan baik mulut maupun tangan Ifanpun semakin liar menjelajahi bagian-bagian yg peka di tubuhku membuat gairahku semakin menggelora dan aku telah menantikan saat-saat yg membahagiakan ketika Ifan mulai menindih tubuhku dan salah satu bagian tubuh Ifan mendesak dan menekan mau menerobos tubuhku. Aku semakin liar dan ganas memagut dan memeluk Ifan, seolah-olah mau semua tubuhnya kulumat dan kumasukkan ke tubuhku.

Sengsara Yang Membuatku nikmat

Tiba-tiba Ifan mengeluh lalu lemas terkulai di atas tubuhku. Nafsunya yg tadi menggelora membakar dirinya padam seketika meski dia tetap memelukku erat-erat. Aku yg menginginkan lebih banyak lagi darinya seketika ikut mendingin dan kembali seperti semula. Ifan dengan lemas turun dari atas tubuhku lalu terpekur diam. Ifan mohon maaf atas perlakuannya padaku. Aku bisa memahami sepenuhnya bila dia masih mengingat Ida, karena itu aku belai-belai kepalanya dengan penuh kasih.
Ternyata kejadian tsb tak cuma sekali itu saja. Aku tetap sangat bahagia mendampinginya, kecuali dalam satu hal, setiap dia mau melakukan fungsinya sebagai suami pasti terhenti di tengah jalan.

Satu kali dua kali aku masih dapat menerimanya tetapi setelah berkali-kali gagal sebenarnya di hati kecilku mulai tumbuh kekecewaan dan kekesalan juga, tetapi semua hal itu kupendam dalam-dalam dan tidak kuperlihatkan betapa kecewa hatiku ketika gelora nafsu sedang bergolak naik tiba-tiba harus dipadamkan. Aku tetap berusaha tampak bahagia, apalagi Ifan semakin memanjakan dan memperhatikan aku.Semua hal hampir tidak boleh kukerjakan, dia sendiri yg mengerjakan. Aku benar-benar tidak tahu apa yg harus kuperbuat setiap Ifan memohon maaf padaku setiap kegagalannya. Meski pun sebulan sudah aku menjadi pengantin, aku masih tetap perawan.

Malam itu kami menonton video porno di kamar tamu dan adegan-adegan di film itu membuat kami terangsang. Satu persatu pakaian kami lepas dari tubuh kami dan kami bercumbu di sofa di ruang itu. Tapi kembali ketika sedang mendaki ke puncak kenikmatan, Ifan melemas lagi. Entah siapa yg memulai, kami bertengkar dan itulah pertengkaran pertama kami sejak kami pacaran. Pertengkaran semakin hebat dan membuat kami lepas kendali sampai dia membentak:
“Ika kupukul kau kalau nggak diam!”
Dibentak seperti itu bukan membuatku takut, malah aku menantangnya:
“Coba ayo pukul … ayo pukul …” kataku sambil mendekatkan diri
“Ika … kuperingatkan kau …” bentaknya tampak dia benar-benar menahan marah yg luar biasa, wajahnya merah padam, matanya melotot dan giginya berkerot-kerot, tetapi aku nggak takut sama sekali, malah membuatku lebih berani. Mungkin kekecewaan yang selama ini kucoba untuk kusembunyikan akhirnya meledak juga.
“Ayo kalau kau lelaki, pukul aku … wong kau selama ini terbukti bukan lelaki …”

Perkataanku belum selesai ketika Ifan tiba-tiba merenggut cambuk hiasan yang menempel di dinding ruang tamu dan seolah aku nggak percaya melihatnya, dia mengangkat cambuk itu dan …
“Auuuughh…” aku melolong keras sekali, tubuhku terasa terbelah menjadi dua oleh rasa sakit yg tidak pernah terbayangkan olehku ketika cambuk itu mendera tepat di dadaku, melibas kedua susuku terus melingkar ke punggungku. Kakiku terasa lemah dan tidak sanggup menopang tubuhku, aku jatuh berlutut di karpet. Belum sempat aku mengambil nafas kembali aku menjerit sekuat-kuatnya ketika Ifan kembali menyabetkan cambuk di tangannya ke punggungku. Gemeretak gigiku menahan rasa sakit yg menyeruak sampai ke seluruh tubuhku sampai kepala ini seolah meledak merasakan rasa sakit yg tiada tertahankan ketika kembali cambuk itu mendera kedua susuku terus melibas melingkar memotong tubuhku. Limbung aku seketika merasakan rasa sakit yg tiada terperikan itu dan aku jatuh terguling di karpet. Tampaknya kemarahan Ifan belum turun, belum sempat aku mengambil nafas, kembali punggungku serasa terbelah oleh rasa sakit yg seolah meledakkan kepalaku.

Aku terus berusaha menghindar dengan berguling-guling di karpet sambil meringkukkan tubuhku sekecil mungkin tetapi Ifan terus mengejar dan terus menyabetkan cambuk itu berkali-kali.
“Aadduuuhhh … huuhuuhuu … aaampuunnnnn … hhentikkaannnnn ….aaaaaaddduhhh … sssaaaakitttttt … hhhhhuuuhhhuuuhhuuuuu …. aaampuuunnnnn ….” aku memohon-mohon pada Ifan utk segera menghentikan mencambuki diriku.
Tiba-tiba Ifan membuang cambuk di tangannya dan kukira selesai, tetapi ternyata tidak. Ifan lalu menubruk tubuhku yg meringkuk di lantai, ditelentangkannya tubuhku dengan kasar lalu dia menindihku dan tangannya dgn keras meremas kedua susuku yg luka-luka akibat sabetan cambuk tadi. Aku merintih dan menangis kesakitan, rasa sakit akibat cambukan belum habis sekarang ditambah dengan Ifan yg dgn buas dan liar mengulum dan menggigit kedua puting susuku.

Aku kembali menjerit-jerit kesakitan, tetapi Ifan malah semakin ganas meremas, menggigit dan entah apalagi yg dilakukan pada diriku. Ketika kurasakan giginya mengigit puting susuku kuat-kuat, aku meronta-ronta sambil menangis karena rasa sakit yang tidak tertahankan lagi, sampai aku mau pingsan saja.
Dengan kasar direnggangkannya kedua pahaku dan kembali terasa milik Ifan berusaha menembus lubang kemaluanku. Ifan dengan liar dan ganas menekankan miliknya sambil tetap menggigit susuku membuat aku menangis menjerit-jerit kesakitan. Ifan bukannya reda melainkan bertambah ganas dan kuat menekankan miliknya dan … krekkkkk … terasa ada sesuatu yg robek dlm lubang kemaluanku.

Aku menjerit pelahan, rasa pedih terasa dlm kemaluanku dan aku mendorong Ifan, tapi apalah arti tenagaku melawan Ifan yg seperti kesetanan itu. Semakin aku mengaduh kesakitan dia malah semakin kuat dan cepat mengayun-ayunkan pantat dan bagian bawah tubuhnya membuat miliknya bergerak keluar masuk lubang kemaluanku. Rasa nikmat mulai menyeruak di sela-sela rasa sakit yang masih mendenyut-denyut di seluruh tubuhku, dan rasa nikmat itu semakin lama semakin nyata kurasakan hampir mengalahkan rasa sakit yg mendera seluruh tubuhku.

Kupagut tubuh Ifan yg masih terus menindih tubuhku sambil meremas dan mengulum kedua susuku. Ifan semakin liar dan ganas menggerak-gerakkan miliknya dalam rongga tubuhku membuat diriku melayang-layang di awan kenikmatan sampai pada suatu saat dia merangkulku sekuat-kuatnya sambil membenamkan miliknya sedalam mungkin dan menggerakkan secepat mungkin menyebabkan rasa nikmat yg belum pernah kurasakan. Aku melenguh dan memagut dia sekuat-kuatnya dan kami larut dalam kenikmatan yg tiada tara. Tetapi bersamaan dengan itu, rasa sakit yang amat sangat kembali menyeruak ke otakku sampai kepalaku terasa mau meledak ketika pada puncaknya nikmat itu Ifan menggigit puting susuku kuat-kuat.

Cerita Dewasa

Tubuhku meronta dan mengejang menahan rasa sakit yang amat sangat dan tiba-tiba terasa vaginaku menjepit milik Ifan dengan kuat dan Ifan kesulitan menggerakkan miliknya dalam rongga tubuhku. Tetapi tampaknya Ifan justru merasakan puncak kenikmatan dan terasa cairan hangat menyemprot dari milik Ifan menjadikan rasa sakit yang kurasakan bercampur rasa sakit yang tidak terhingga.

Hampir pingsan aku merasakannya. Tubuhku lemas seolah tidak bertenaga. Rasa sakit yang mendenyut-denyut menyadarkanku dan kutolakkan tubuh Ifan yang masih menindihku. Berbagai perasaan mengaduk-aduk dalam diriku. Aku marah, terkejut, menyesal sekaligus juga senang bercampur aduk. Marah karena aku tidak menyangka Ifan memukuliku seperti itu. Terkejut, aku tidak menyangka Ifan yang biasanya menyayangiku tiba-tiba berubah menjadi setan iblis yang berbuat sekasar itu. Menyesal, mengapa Ifan sampai berbuat seliar itu memperkosaku, padahal aku menginginkan diperlakukan dengan lembut dan hangat. Tetapi aku juga senang, ternyata Ifan nggak impoten seperti yang kutakutkan dan aku juga senang dapat mempersembahkan keperawananku pada suamiku.

Aku menangis tersedu-sedu, tak saja oleh berbagai rasa yang mengaduk-aduk perasaanku seperti yang kuceriterakan di atas, tetapi juga oleh rasa sakit yang mendenyut-denyut di sekujur tubuhku. Rasa sakit seolah-olah menyentak-nyentak dari bekas cambukan di punggung dan dada, dan bekas gigitan Ifan di puting susuku. Juga ada rasa perih di selangkanganku.
Rupanya isak tangisku menyadarkan Ifan yang masih tergolek lemas setelah kutolakkan dari atas tubuhku. Dengan cepat dia memelukku dan memohon-mohon maaf padaku sambil ikut menangis.

Semula aku masih marah dan kutolakkan tangannya yang mau memelukku. Tetapi Ifan benar-benar menangis kaya anak kecil, dia memohon-mohon maaf dan berjanji tidak akan berbuat kasar lagi kepadaku. Akhirnya luluh juga hatiku dan ketika entah ke berapa puluh kalinya dia memohon maaf, dengan pelan kuanggukkan kepalaku dan kubiarkan tangannya memelukku. Dia sangat senang aku memaafkannya, dengan cepat dia bangkit dan menuju kotak P3K. Diambilnya obat dan kapas. Ifan kembali menjadi Ifan yang selama ini kukenal, kembali lembut dan penuh kasih sayang. Dengan masih memohon-mohon maaf serta berjanji tidak akan memukulku diambilnya handuk dan dibasahinya dengan air hangat. Disekanya tubuhku yg penuh dengan bilur-bilur, beberapa di antaranya sampai mengeluarkan darah.

Aku merintih ketika luka-luka bekas cambukan itu kena handuk basah. Rasa pedih yang amat sangat menyentak-nyentak sampai ke otakku, apalagi setelah diusap dengan obat luka yang sangat pedih kurasakan. Aku tak cuma merintih, tapi menangis sambil mengaduh kesakitan.
Tiba-tiba kurasakan tangan Ifan gemetar dan matanya yang tadi lembut berubah menjadi ganas, kembali seperti ketika tadi dia memperkosaku. Aku semakin meringis kesakitan sambil mengaduh keras-keras ketika tangannya yang mengusapkan obat yang sangat pedih ke susuku tiba-tiba mencengkeram kedua susuku dengan kuatnya. Aku meronta-ronta tetapi Ifan tampak sudah lupa diri. Dengan kasar kedua tanganku yang berusaha menutupi kedua susuku dipegangnya dan ditekan ke atas kepalaku. Dengan ganas dan liar kembali bibirnya mengulum puting susuku yang masih sakit, membuat kumenjerit kesakitan.

Jeritanku, rontaanku malah membuatnya semakin ganas, tak saja dia mengulum kedua puting susuku, tetapi dia menggigitnya keras-keras membuatku semakin keras menjerit-jerit kesakitan sambil meronta-ronta berontak mau lepas dari tindihannya. Tetapi Ifan justru semakin liar dan ganas. Kepalanya terus turun dari dadaku, menjelejahi perutku, lalu aku tidak tahu bagaimana melukiskan rasanya ketika kurasakan lidahnya menyentuh kelentitku, sementara kedua tangannya sekarang meremas-remas susuku sekuat-kuatnya. Rasa nikmat bercampur rasa sakit membuatku semakin meronta-ronta.

Aku semakin menjerit-jerit histeris, nggak tahu apakah jerit kesakitan atau jerit kenikmatan ketika kurasakan kelentitku dihisapnya kuat-kuat sehingga hampir seluruhny masuk ke dalam rongga mulutnya dan kurasakan lidahnya bergerak licah kesana-kemari mempermainkan kelentitku yang ada dalam mulutnya di sela-sela gigi-giginya. Tetapi kemudian aku benar-benar menjerit kesakitan, bahkan sampai meraung-raung ketika kurasakan gigi-gigi Ifan menggigit dan mengunyah kelentitku. Aku benar-benar merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa. Semakin aku menjerit semakin buas pula Ifan menggigit dan mengunyah kelentitku.

Aku sudah hampir pingsan ketika Ifan menghentikan gigitan dan kunyahannya di kelentitku. Dia kembali berubah menjadi binatang buas yang mengerikan. Dengan kasar direnggangkan kedua pahaku dan kembali dia menindihiku sambil memasukkan miliknya dalam kemaluanku. Aku meronta-ronta sekuat-kuatnya karena sambil menggerakkan miliknya keluar masuk dalam lubang kemaluanku, sekarang mulut Ifan kembali menggigit dan mengunyah-ngunyah kedua puting susuku secara bergantian. Semakin kuat aku meronta, semakin keras aku menjerit dan menangis kesakitan, Ifan semakin ganas pula sampai akhirnya terasa tubuh Ifan menekan tubuhku sekuat-kuatnya dan giginya yang tajam terdengar bergemeletuk menggigit puting susuku sampai aku meronta sekuat-kuatnya dan terasa kembali cairan hangat menyemprot ke dalam lubang kemaluanku. Ada rasa nikmat tetapi rasa nikmat itu masih terkalahkan oleh rasa sakit yang tiada tara.

Kami tergolek lemas, tenagaku benar-benar sudah habis, tidak kuasa aku menggerakkan ujung jariku saja. Kubiarkan Ifan tetap terbaring menindihi tubuhku. Aku menangis tersedu, tak saja oleh rasa sakit yang masih mendenyut-denyut dari bekas cambukan punggungku dan bekas gigitan Ifan di kedua susuku, melainkan lebih oleh rasa sakit hati dan kecewa. Betapa Ifan yang kucinta sepenuh hati dan mau kuserahkan segenap hidupku, jiwa ragaku, kok tega berbuat sekasar itu pada diriku.

Mendengar tangisku, Ifan tampaknya tersadar dan dengan cepat meloncat dari atas tubuhku. Aku dapat bernafas lega sebab dia sudah tak menindihku lagi. Ifan tampak melotot memandangi tubuhku yang telanjang dan darah meleleh dari kedua puting susuku yang luka akibat gigitannya. Ifan tersadar dan kembali menangis memohon-mohon ampun dan aku yang masih lemas tidak mampu menolak tangannnya yang mengusap-usap kedua putingku yang luka,meski sebenarnya aku mau marah dan tidak sudi disentuh. Tetapi mulutku tidak dapat menahan aduhanku ketika Ifan membersihkan darah yang mulai mengering dari puting susuku. Mula-mula Ifan dengan hati-hati membersihkan darah dari sekitar puting susuku, tetapi lama-lama ketika mendengar rintih kesakitan dari mulutku, tangan Ifan semakin kuat mencengkeram kedua susuku. Pasti saja aku merintih lebih keras sambil meronta-ronta.

Selanjutnya Ifan semakin ganas meremas-remas dan mencubit puting susuku, bahkan memilin-milin puting susuku yang luka itu sehingga terasa darah kembali merembes keluar membasahi tangan Ifan. Akibatnya aku semakin meronta-ronta dan rintihan kesakitanku semakin keras dan Ifanpun semakin liar, semakin ganas dan semakin buas memperlakukan aku yang sudah gak bisa melawan lagi. Ketika rasa sakit tidak bisa kutahan lagi, aku meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan tapi justru hal itu semakin membuat Ifan semakin buas dan liar. Ditelentangkan kembali aku yang berusaha telungkup supaya kedua susuku selamat dari remasannya, lalu direnganggkannya kedua pahaku dan dia sudah di atas tubuhku. Dengan ganas dan liar dia kembali menyetubuhiku, sambil mulutnya mengulum, menggigit dan mengunyah kedua susuku secara bergantian. Aku cuma dapat meronta dan menjerit kesakitan, tetapi Ifan semakin liar dan cepat sampai akhirnya ia mengigit putingku sekuat-kuatnya ketika ia mencapai puncaknya dan akupun menjerit sekeras-kerasnya karena menahan rasa sakit yang tak terperikan.

Rasa sakit yang amat sangat menjadikan tubuhku mengejang dan akibatnya kembali milik Ifan terjepit kuat oleh vaginaku yang menegang dan mengencang ketika aku menahan rasa sakit yang amat sangat. Ifan kesulitan menggerakkan miliknya karena kuatnya jepitan vaginaku. Namun hal itu justru membuat Ifan semakin kuat menekan dan menarik miliknya sambil dari mulutnya yang menggigit puting susuku juga keluar erang kenikmatan, sampai akhirnya kembali terasa cairan hangat menyemprot ke dalam vaginaku. Rasa sakit yang amat sangat membuat pandanganku gelap dan aku tak ingat apa-apa lagi.
Aku tersadar dari pingsanku ketika kurasakan rasa sakit berdenyut-denyut dari dadaku dan ketika kubuka mataku, Ifan tampak membersihkan darah yang semakin banyak merembes membasahi kedua bukit susuku. Mendengar desis kesakitanku, terasa tangan Ifan meremas susuku semakin kuat. Hal ini membuat aku kembali mengerang kesakitan sambil meronta.

Tampaknya erang kesakitanku kembali merangsang Ifan, ia semakin kuat meremas-remas susuku, lalu kembali ia mengulum, mengunyah dan menggigit kedua susuku, menjadikan aku kembali menjerit-jerit kesakitan. Namun hal ini justru membuat Ifan bertambah ganas dan kembali ia dengan liar dan ganasnya naik ke tubuhku dan aku hanya bisa menangis menjerit-jerit kesakitan ketika ia mengayun-ayunkan pantatnya di atas tubuhku dan mulutnya mengunyah dan mengigiti kedua puting susuku. Kembali rasa sakit yang amat sangat membuat tubuhku mengejang menahan rasa sakit dan kembali milik Ifan terjepit vaginaku sekuat-kuatnya sampai ia nggak bisa dengan mudah menggerak-gerakkan miliknya keluar masuk milikku.

Aku masih tergolek lemas tak kuasa menggerakkan sedikitpun semua anggota tubuhku ketika Ifan terpaksa berangkat ke kantor karena cuti bulan madunya habis. Ia harus bertugas ke luar daerah selama seminggu. Ia tampak amat khawatir dan sebenarnya tak ingin pergi, tapi bossnya di kantor telah meneleponnya. Ketika akan berangkat kembali Ifan menangis tersedu-sedu meminta maaf. Meski di satu sisi hatiku aku amat marah dan menyesal kawin dengannya yang memperlakukan aku dengan liar dan ganas sampai aku menderita rasa sakit yang tiada terperikan, namun di sisi relung hatiku yang lain aku tetap mencintainya dengan tulus. Akhirnya aku menganggukkan kepala sambil membelai-belai kepalanya yang tersedu-sedu di dadaku, ketika ia kembali dengan pandangan mata yang amat memelas meminta maaf. Aku berusaha tersenyum ketika menganggukkan kepalaku, dan mendorongnya untuk pergi bekerja. Akhirnya baru Ifan mau berangkat ke kantor.

Sepeninggal Ifan aku tercenung sendirian. Tubuhku masih sakit semua stlh semalaman nggak tahu berapa kali kami bercinta. Di satu sisi aku merasa bahagia krn ternyata Ifan tidak impoten seperti yg selama ini kupikirkan karena sebulan setelah pernikahan aku masih perawan; tapi di sisi lain aku mulai khawatir mengapa gairah Ifan justru terangsang ketika aku merintih kesakitan dan semakin ganas dan liar ketika aku menangis meronta kesakitan? Jangan-jangan … aku tak berani meneruskan andai-andai dalam pikiranku.
Kusibakkan selimutku dan aku yg masih telanjang dgn tertatih-tatih berjalan menuju ke muka cermin. Rasa sakit yg amat pedih terasa di selangkanganku. Ketika aku berdiri di muka cermin, tampak masih ada darah mengering di pangkal pahaku.

Melihat itu aku bangga sebab aku bisa mempersembahkan keperawananku kepada Ifan yg amat kucintai. Tapi ketika mataku terarah ke bayangan tubuhku yg telanjang, aku bergidik ngeri. Masih terlihat jelas bilur-bilur merah tua malang melintang di sekujur tubuhku bekas cambukan tadi malam; dan juga tampak sekali gigi-gigi Ifan masih membekas di kedua puting susuku dan daerah di sekitarnya. Luka-luka itu masih merembeskan darah dan rasa sakitnya masih mendenyut-denyutterasa amat menyakitkan.
Kembali aku bertanya-tanya. Seribu satu pertanyaan masih berputar di kepalaku. Mengapa Ifan justru terangsang hebat stlh mencambuki aku? Mengapa ketika aku meronta sambil menangis menjerit-jerit kesakitan justru Ifan menubrukku dgn ganas dan akhirnya berhasil merobek selaput keperawananku? Mengapa setelah itu ketika membelai tubuhku yg sakit dan aku merintih kesakitan justru gairah Ifan bangkit lagi? Mengapa Ifan semakin ganas menggigiti kedua susuku sampai aku meronta-ronta dan menangis kesakitan? Apakah Ifan …? Pertanyaan itu sengaja tak kuteruskan sebab aku takut sendiri akan jawabannya.

Dgn malas aku kembali berbaring sambil mengambil roti lapis yg tadi sudah disiapkan Ifan ketika mau berangkat. Ketika memegang roti panggang lapis daging dan susu hangat di gelas, aku teringat Ifan, betapa dia masih menyempatkan menyiapkan makanan itu untukku? Betapa dia penuh penyesalan sampai memangis ketika gairahnya telah mereda dan melihat tubuhku yg penuh luka? Namun kenapa ia kembali menjadi ganas dan liar begitu mendengar rintih kesakitanku? Apakah aku hrs mengalami spt ini setiap melayani Ifan? Kembali aku nggak berani menjawab. Aku takut membayangkan kenyataan yang terbentang di hadapanku.

Baca juga artikel Siang Jadi Guru, Malamnya Jadi Pelacur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih sudah berkunjung di Blog Cerita Dewasa
Kalau sobat mau copy paste jangan lupa tinggalkan linknya ya sob ^_^

Peraturan dalam Berkomentar :
- Dilarang membuat onar
- Tidak rasis
- Jangan spam ya sob ^_^

Demikian peraturan dalam berkomentar di Cerita Dewasa ini sob
Terima kasih atas kunjungan dari para pembaca setia
Salam Crooootttttt :p